BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.
Kemerdekaan yang sudah diraih dengan pengorbanan jiwa dan
raga oleh para pejuang bangsa, tidak akan berarti jika kemerdekaan itu tidak
diisi dengan pembangunan, bangsa Indonesia ingin merdeka karena bangsa ini
sudah tidak tahan hidup menderita dibawah penjajahan, dari kemerdekaan itu
bangsa Indonesia mencita-citakan masyarakat yang adil dan makmur, semua itu
tentu tidak akan terujud jika kita tidak memiliki sumber daya manusia ( SDM )
yang memadai dan sumber daya manusia (SDM) hanya dapat dicapai melalui
pendidikan. Tampa pendidikan suatu bangsa akan terbelakang, tanpa pendidikan
bangsa kita tidak akan mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
IPTEK sarana pokok untuk mendukung pembangunan semesta yang meliputi bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, kesehatan maupun bidang
lainya.
Pembangunan bidang pendidikan juga memerlukan SDM yang
memadai, sekolah sebagai satu institusi yang membangun pendidikan, membutuhkan
SDM yang memadai agar tujuan pendidikan dapat diujutkan.
Di sekolah guru merupakan SDM utama disamping tenaga
kependidikan lainya yang menentukan maju mundurnya kualitas pendidikan,
sehingga efektifitas kerja guru perlu mendapat perhatian. Urgensi ini tidak
mungkin ditawar karena kunci peningkatan kualitas sekolah adalah kualitas
gurunya.[1]
Penyelenggaraan dan keberhasilan proses pendidikan pada semua jenjang dan
satuan pendidikan ditentukan oleh faktor guru, sehingga kualitas guru yang
rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan.[2]
Efektifitivitas kerja erat kaitanya dengan lingkungan
kerja, lingkungan kerja yang kondusif seperti struktur organisasi yang rapi,
hubungan kerja antar anggota yang teratur, lingkungan kerja yang nyaman dan
terpenuhinya kebutuhan fisik dan material akan meningkatkan efektifitas kerja,
baik organisasi yang rapi, hubungan kerja antar anggota yang teratur,
lingkungan kerja yang nyaman dan terpenuhinya kebutuhan fisik dan material
merupakan faktor-faktor iklim organisasi, selain faktor itu efektivitas kerja
guru dipengaruhi oleh faktor supervisi, seperti jadwal supervisi yang teratur
dan materi supervisi, seperti supervisi mngenai pembuatan program tahunan dan
program semester, kriteria ketetapan minimal ( KKM) rencana pembelajaran, penulisan soal,
pembuatan analisis, program remedial dan peningkatan kinerja guru.
Mutu Pendidikan menurut Yusufhadi Miarso mengandung lima rujukan, yaitu
kesesuaian, daya tarik, efektifitas, efisiensi dan produtifitas.[3]
Efektifitas pendidikan seringkali diukur dengan tercapainya tujuan, atau
ketepatan dalam dalam mengelola suatu situasi yang dilakukan secara teratur
atau berurutan melalui tahap perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, penilaian,
dan penyempurnaan. Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
sebagai pimpinan untuk meningkatkan efektifitas kerja seorang guru diantaranya
meningkatkan kualitas supervisi, menciptakan iklim organisasi yang baik dan
sebagainya.
Pemerintah sudah
banyak berusaha agar mutu pendidikan meningkat seperti pencantuman anggaran
pendidikan 20 % dalam APBN dan perbaikan kurikulum seperti Kurikulum Bebasis
Kompetensi dan pelaksanaan ujian nasional semua dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu namun usaha itu belum
menunjukkan hasil yang memuaskan
Kenyataan yang ada dilingkungan pendidikan hasil belajar siswa masih
rendah, Posisi Indonesia menduduki peringkat 10
dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Peringkat ini dilansir
dari laporan monitoring global yang dikeluarkan lembaga PBB, Unesco.
Penelitian terhadap kualitas pendidikan dasar ini dilakukan oleh Asian South
Pacific Beurau of Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education.
Studi dilakukan di 14 negara pada bulan Maret-Juni 2005. Laporan ini
dipublikasikan pada 24 Juni 2005.
Rangking pertama diduduki Thailand, kemudian disusul Malaysia, Sri Langka,
Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua
Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan
memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap,
Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi
negara, Republik Indonesia
memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas
input/pengajar, Republik Indonesia
diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia
hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang
mendapat nilai B serta mendapat peringkat 6 dan 4. “Sangat ironis karena
Thailand yang mengalami krisis bisa menempatkan diri menjadi rangking satu,”
ujar aktivis LSM Education Network for Justice (E-Net), M Firdaus,
saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan mengenai laporan ini di Gedung
YTKI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu (29/6/2005).
Fenomena Ujian Nasional kini banyak
menghantui anak-anak sekolah, banyak hal-hal yang dilakukan mulai dari kegiatan
yang mengandung positif hingga negatif sekalipun dilakukan oleh remaja
tersebut, dengan maksud agar mereka dapat lulus dengan ujian nasional
ini. Proyek ujian Nasional ini bergulir sejak tahun 2001 dan mulai dilaksanakan
pada tahun 2003 dan kini sudah memasuki tahun kedelapan, adakah kemajuan besar
dibidang pendidikan yang dicapai bangsa ini setelah bergulirnya 8 tahun
proyek UN ini pengetahuan
umum dan keterampilan hasil didikan bangku sekolah dan hasil ujian UN sama
sekali tidak ada yang dapat diandalkan dari mereka, inilah sekilas hasil
didikan umum di negeri
ini. seperti
yang disampaikan oleh Achmad Efendy dari Aliansi peduli pendidikan, Ujian
Nasional banyak berdampak buruk pada anak didik, seperti yang terjadi di Bekasi
Jawa barat, ada yang
stres lalu bunuh diri (setelah pengumuman kelulusan). Ngamuk-ngamuk dan
membakar sekolah, katanya dalam sebuah jumpa pers di Kantor Komnas HAM,
Jakarta, Selasa (12/4).[4]
Oleh karena itu guru perlu mendapat perhatian serius dari kepala sekolah,
agar guru dapat mengemban tugasnya dengan efektif sehingga dapat memberikan
kontribusi yang nyata bagi output pendidikan yang berkualitas. Dalam kerangka
itu maka kepentingan, kebutuhan dan harapan guru perlu diakomodir. Guru sebagai
pelaksana pembelajaran dikelas waktu dan tenaganya sudah tersita untuk melaksanakan
tugas-tugas dikelas karena itu guru sering tertinggal dengan perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu pendidikan yang selalu berkembang baik materi,
methoda, media ataupun teknik teknik evaluasi, untuk itu guru perlu mendapat
bantuan dari berbagai pihak khususnya yang terkait langsung dengan supervisi
pendidikan, menurut Kimball Wiles, supevisi adalah bantuan yang diberlakan
untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.[5]
Definisi tadi memberi makna supervisi adalah pemberian bantuan oleh kepala
sekolah kepada guru untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar.
Supervisi merupakan kegiatan administrasi yang dirancang
secara khusus untuk membantu bawahan dalam menjalankan tugasnya agar dapat
menggunakan pengetahuan dan kemampuanya untuk memberikan layanan yang lebih
baik. Hal ini dapat dikatakan bahwa supervisi yang dilakukan merupakan suatu
hal yang dibutuhkan dalam upaya perbaikan peningkatan efektifitas kerja.
Kepala sekolah mempunyai tanggung jawab dalam kelancaran
proses pendidikan dan kegiatan administrasi sekolah, kepala sekolah juga
bertanggung jawab mengawasi, membina dan memotivasi kerja guru dan pegawai
lainya sebagai wujud peranya sebagai supervisor. Oleh karena itu kepala sekolah
berkewajiban melakukan pembinaan yang berkesinambungan dengan program yang
terarah dan sistematis bagi para guru dan tenaga kependidikan yang ada
disekolah. Program pembinaan tenaga pendidik dan tenaga kepandidikan dikenal dengan supervisi pendidikan yang merupakan
rangkaian dalam administrasi pendidikan.
Kegiatan supervisi kepala sekolah merupakan kegiatan
pembinaan dan pemberi bantuan yang berkesinambungan dengan tujuan membantu guru
dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan sehingga dengan demikian guru akan
merasa percaya diri kembali apalagi didukung dengan iklim organisasi yang baik
sehingga mendorong guru untuk meningkatkan efektifitas kerja dalam meningkatkan
mutu pendidikan
Selain faktor kualitas supervisi penulis juga ingin
melihat iklim organisasi agar guru dapat bekerja dengan baik diperlukan iklim
organisasi yang baik, iklim organisasi adalah kualitas lingkungan total dalam
sebuah organisasi. Iklim dapat dinyatakan dengan sifat seperti terbuka,
tertutup, ramai, hangat, santai, informal, kaku, kekeluargaan dan sebagainya.
Di SMP Negeri Kota Bekasi
upaya upaya meningkatkan kulitas guru melalui kegiatan supervisi
dilakukan secara berkala dengan kegiatan-kegiatan seperti workshop dan
pelatihan pelatihan lainya diadakan secara berkala setiap tahun yang diikuti
oleh seluruh guru-guru dan selain itu guru masih ditugaskan mengikuti kegiatan
seperti musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan kegiatan lainya. Kepala
sekolah juga mencoba membina suasana kekeluargaan dengan melakukan berbagai
kegiatan seperti gotong royong, senam bersama, mengembangkan sikap trasparan
dan saling berkomunikasi dan sebagainya.
Akan tetapi imformasi lain dari keberhasilan pendidikan Kota Bekasi, ada
data yang mengembirakan dari Dewan Pendidikan Kota Bekasi bahwa tingkat
kelulusan ujian nasional tahun ajaran 2010/2011 mengalami peningkatan yang
pesat, sebagai diungkap oleh Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kota Bekasi Hj Junarsih :
Tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN)
SMP/MTs Tahun 2010/2011 di Kota Bekasi adalah 99,99 %, dari jumlah peserta UN SMP/MTs Tahun 2010/2011 di Kota
Bekasi sebanyak 31.510 siswa, dengan
catatan hanya 1 (satu) orang siswa saja yang tidak lulus, yakni siswa dari SMP
Al-Ikhlas Kaliabang Dukuh. Bila kita
simak tingkat kelulusan tahun ini mengalami peningkatan luar biasa dibandingkan
dengan UN SMP/MTs Tahun 2009/2010 di Kota Bekasi (98,73 %) dari jumlah peserta UN SMP/MTs Tahun 2009/2010 di Kota
Bekasi (30.898 siswa). [6]
Efektivitas kerja
guru di Kota Bekasi mengalami peningkatan yang luar biasa hal ini terlihat dari
data di atas dimana prosentase ketidak lulusan 1,27 % dalam waktu satu tahun
angka ketidak lulusan dapat perkecil menjadi 0,01 %, angka itu menujukkan tinggi
efektivitas kerja guru di Bekasi. Dari 30.898 siswa peserta ujian nasional
hanya satu siswa yang tidak lulus.
Bertolak dari uraian diatas, penulis termotivasi untuk mengangkat masalah
pengaruh supervisi dan iklim organisasi dengan efektifitas kerja guru SMP
Negeri Kota Bekasi.
B.
Identifikasi Masalah
Efektifitas kerja guru dalam melaksanakan tugas mengajar
sehari-hari disekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor yang
bersipat internal ataupun eksternal, faktor internal seperti pengetahuan guru terhadap
tugasnya, peningkatan pengetahuan guru dengan tugasnya dapat dilakukan dengan
supevisi, faktor peningkatan SDM guru dan peningkatan kinerja, faktor eksternal
seperti struktur organisasi yang rapi, hubungan kerja antar anggota yang
teratur, lingkungan kerja yang nyaman dan terpenuhinya kebutuhan fisik dan
material
C.
Pembatasan Masalah
Identifikasi masalah yang dikemukakan diatas menunjukkan
bahwa efektivitas kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal
maupun eksternal. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya serta
kemampuan penulis untuk meneliti semua faktor-faktor tersebut maka penelitian
ini dibatasi pada faktor kualitas supervisi sebagai variabel bebas (X1)
dan iklim organisai sebagai variabel bebas (X2) yang diduga
berpengaruh terhadap efektifitas kerja guru sebagai variabel terikat (X3).
D.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah
dan pembatasan masalah yang dikemukakan
maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah ada pengaruh
supervisi terhadap efektifitas kerja guru ?
2.
Apakah ada pengaruh
iklim organisasi terhadap efektifitas kerja guru ?
3.
Apakah ada pengaruh
supervisi terhadap iklim organisasi?.
E.
Kegunaan Hasil Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat menggali unsur-unsur yang
berpengaruh kepada efektifitas kerja guru. Jika ternyata dari penelitian ini
dapat membuktikan secara empirik bahwa terdapat pengaruh antara kulitas
supervisi dan iklim organisasi terhadap efektifitas kerja guru maka :
1.
Secara teoritis,
dapat memperkuat khasanah keilmuan dalam bidang manajemen pendidikan.
2.
Hasil penelitian
ini diharapkan juga dapat memberikan masukkan langsung kepada kepala sekolah
dan pengawas pendidikan sebagai bahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab, serta sebagai bahan evaluasi, agar dapat melaksanakan tugasnya lebih
baik dimasa depan.
3.
Secara praktis
dapat diterapkan kedalam proses kegiatan yang memiliki daya guna praktis sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
4.
Sebagai bahan
kajian dan informasi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian dibidang
manajemen pendidikan.
[1] H.A.R.Tilaar;Beberapa
Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21 (Magelang:Tera
Indonesia,1998),h.14.
[2] Oemar Hamalik,
Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta:PT.Bumi Aksara ,2002)
, h.v.
[4] http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/18/ujian-nasional-untuk-apa-kualitas-anak-didik-di-tanah-air-tetap-renda
[5] Kinball Wiles dan John T. Lovell, Supervision For Better schools ( New Jersey,Prentice-Hal,Inc,1975),h.3.
[6]http://dewanpendidikankotabekasi.blogspot.com/2011/06/kelulusan-ujian-nasional-smpmts-tahun.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar